Waktu membeku
Beberapa
hal berjalan lambat, meniti senti demi senti jejak dengan lirih dan berduka. Waktu
tidak pernah memihak, tidak juga kepadaku. Biar saja aku melangkah sendiri
dalam pikiran yang melayang, tak tentu dan kehabisan harapan. Dari pagi aku masih berjalan, lurus saja di
atas pasir ini. Tapi langit diatasku mendekat, menaungiku dalam cahaya sakit
hati.
Sudah tengah hari, rindang hijau tak juga kujumpai. Masih
ingatkah dia pada alunan suaraku yang parau menyayat ini??
Hingga tak mampu dia tinggalkan aku melewati tempat ini
seorang diri.
Lalu kemana saat ilalang kembali ke dalam perut bumi?? Angin
bukan lagi berhembus, hanya kaku terdiam di ujung tebing.
Ingatkah dia pada tatapan mataku yang mengelus-elus hati
nya dalam damai seharian?? Lalu kemanakah dia saat waktu mencair menyisakan aku
dalam kedinginan, tak beku. Jangan berkata jika kau biarkan ombak
menenggelamkan nya.
Saat senja makin mendekat, waktu meleleh dalam tapak kaki
ku yang keriput oleh air. Perlahan terkelupas dan mengering lalu hancur. Ini darah
yang terakhir yang mampu kubiarkan menetes mengeras menjadi tanah.